Mahalnya Biaya Pembayaran Kartu Kredit
![]() |
Biar mahal sedikit enggak papalah asal dapat bertemu mbak teller yang manis. |
Dalam pembahasan perihal pembayaran kartu kredit lewat teller bank penerbit kita ketahui bahwa biaya yang dikenakan sangatlah besar. Minimal Rp 75.000 atau bahkan lebih. Mengapa dapat sedemikian mahal? Tidakkah bank harus memanjakan nasabahnya namun mengapa justru dikenakan biaya yang mahal? Kami akan menganalisanya supaya dapat ditemukan alasan logisnya.
Mahalnya Pembayaran Tagihan Lewat Bank Penerbit
Bank mengenakan biaya yang mahal sudah niscaya tujuannya semoga nasabah kartu kredit tidak tiba membayar lewat teller bank. Bukan bertujuan untuk meraih untung. Dengan biaya yang mahal otomatis menciptakan semua orang enggan membayar eksklusif lewat teller. Terkecuali orang tersebut lagi kasmaran sama teller yang ayu jelita. Kebanyakan orang akan bersikap mudah lebih menentukan mesin ATM, dsb. Toh mesin ATM gampang dijumpai dan sangatlah gampang dipergunakan.
Dengan mengarahkan nasabah membayar lewat mesin ATM secara tidak eksklusif bank mengetahui isu dan data keuangan si nasabah. Minimal bank tahu nomor rekening tabungan si nasabah. Bank akan gampang melacak dan memproses segala sesuatunya nanti jikalau ada dilema di kemudian hari ibarat penundaan pembayaran, ngemplang hutang, penyitaan asset, dsb. Makanya waktu pertama kali mengisi formulir aplikasi kartu kredit, kita butuh yang namanya syarat administrasi yakni rekening tabungan. Sudah pernah dibahas.
Selain alasan di atas, alasan logis berikutnya yaitu bank ingin menerapkan sistem perbankan yang mereka ciptakan sendiri. Jika transaksi elektronik perbankan sangatlah efektif dan efisien, buat apa bank memakai cara manual di mana membutuhkan tangan insan (teller) menghitung uang yang rawan sekali kasus manipulasi, korupsi, tindak kejahatan, dsb? Tak ada bedanya dengan manfaat transaksi kartu kredit bagi kalangan usahawan. Sudah niscaya demi efisiensi dan efektifitas.
Alasan terakhir yaitu semoga tidak ingin terjadi penumpukan nasabah di salah satu kantor cabang mereka. Terutama jikalau bank tersebut bank kecil dengan jumlah kantor cabang yang sedikit di mana sempit sekali ruangannya. Bukankah banyak bank yang hanya menyewa ruko sempit? Antrian nasabah yang campur aduk (nyetor duit, buka tabungan, kliring, tarik dana, bayar kartu kredit, print buku, dsb), ada yang belum mandi, ada yang tidak sempat gosok gigi, yang kentut di antrian, wah bikin kacau deh semuanya. Panas, sesak, penat, dll. Begitu satu populer flu babi kemudian bersin maka semuanya ketularan. Bank sudah tahu ancaman-ancaman ibarat ini makanya sengaja dikenakan biaya yang mahal tersebut.