Rating Data Aplikan Kartu Kredit

Rating kartu kredit ada triknya. Semua data isian di formulir aplikasi dan dokumen akan dinilai oleh analis.
Kita lanjutkan pembahasan soal persetujuan kartu kredit. Kali ini kita bicara soal rating kartu kredit. Pada ketika analis menghubungi Anda lewat telepon, proses rating data pemohon kartu kredit sedang dilakukan. Untuk memahami menyerupai apa credit card rating, ada baiknya kita akal-akalan menempatkan diri kita sendiri sebagai seorang analis kartu kredit. Sangat gampang untuk berpura-pura sebagai seorang analis. Mari kita coba supaya kita pun terpelajar sama menyerupai mereka.

Pertama-tama, Anda bayangkan bekerja di bank. Anda digaji untuk sebuah job description yakni menyeleksi dan memilah-milah aplikasi permohonan kartu kredit yang masuk. Kira-kira apa yang dituntut oleh the big boss (bankir atasan kita)? Sudah niscaya biar kita mendapat nasabah yang bonafit dan bagus, bukan? Alias jangan hingga nanti si nasabah malah kaburin uang kartu kredit atau ngemplang hutang.

Pertanyaan yang kedua adalah: bagaimana kita dapat mendapat nasabah yang bagus? Di sinilah yang diharapkan apa yang disebut "rating data kartu kredit". Bagaimana melakukannya? Gampang Sobat. Bukankah dari formulir aplikasi itu sendiri kita sudah dapat melaksanakan rating alias penilaian? Tidak percaya? Mari kita coba!

Rating Data Kartu Kredit

Perhatikan baik-baik kolom-kolom yang ada di sebuah formulir aplikasi kartu kredit baik online atau cetakan. Agar lebih afdol, ada baiknya buka di jendela gres formulir online yang satu ini. Silakan klik kanan (right click please). Kaprikornus sambil mencerna, kita dapat praktek seperti seorang analis jago dengan bayaran di atas Rp 10 juta per bulan.

Apa yang Anda perhatikan di formulir aplikasi tersebut? Pasti ada yang bertanda bintang (*) atau berwarna merah bukan? Itu artinya apa? Artinya kolom-kolom tersebut wajib diisi oleh seorang calon nasabah kartu kredit. Mengapa wajib diisi? Karena penting! Mengapa penting? Karena ada nilainya tersendiri yang disebut dengan rating. Bukankah arti kata rating berasal dari "rate" yang artinya semacam nilai, tolak ukur, harga, kapasitas, dsb? Sampai di sini Anda paham? Wah sudah kayak analis saja nih.

Lalu bagaimana kalau seorang calon nasabah tidak mengisi sama sekali kolom-kolom berbintang (*) atau berwarna merah tersebut? Sudah terang ratingnya jeblok dan sebagai alhasil kartu kreditnya dapat saja ditolak. Karena itu data penting tetapi tidak berani diisi oleh calon nasabah. "Something wrong with this guys," mungkin kurang lebih begitulah pikiran sang analis. Kaprikornus hingga di sini Anda sudah paham soal rating kartu kredit. Semua kolom berbintang atau berwarna merah mempunyai bobot tersendiri.

Berikutnya yaitu melihat kecocokan kombinasi kolom yang diisi calon nasabah. Anda harus tahu bahwa setiap kolom ada nilainya (rate) tersendiri. Jika dipukul rata, nilai yang dimiliki oleh seorang calon nasabah memenuhi kriteria atau standar bank penerbit kartu kredit tersebut, otomatis kartu kredit akan disetujui. Namun kalau tidak, kartu kredit tersebut akan ditolak. Pertanyaannya sekarang: berapa nilai masing-masing kolom tersebut? Karena kami tidak pernah bekerja sebagai analis, kami tidak dapat menawarkan klarifikasi yang lebih detil dan niscaya soal nilai-nilai yang ada di tiap-tiap kolom. Mungkin nanti ada mantan analis yang ingin mengembangkan ke kita dengan menawarkan komentarnya di bawah. Hanya mantan analis yang dapat berbagi, alasannya kalau analis yang masih bekerja sudah niscaya tidak akan mau dan dihentikan keras lantaran dalil permohonan kartu kredit:

"Bank tidak wajib menawarkan klarifikasi terhadap penolakan permohonan kartu kredit."

Kalau bank menawarkan isu mengapa kartu kredit kita ditolak atau tidak disetujui, bukankah di periode permohonan kartu kredit berikutnya akan diterima? Karena kita sudah tahu alasan penolakannya jadi kita dapat berjaga-jaga. Contoh contohnya kalau dibilang, "Sory Bos, kartu kredit Anda kami tolak lantaran gajinya kecil," maka bulan depan tinggal kita isi honor lebih besar, atau orang bank bilang, "Sory Bos, kartu kredit Anda kami tolak lantaran pas dihubungi di rumah gak ada yang angkat," sudah niscaya kita akan suruh orang jaga rumah bukan? Anda paham hingga di sini? Kaprikornus semuanya dirahasiakan.

Rating kartu kredit, patokannya sederhana: kolom pendidikan yang terbagi dari SD - Sekolah Menengah Pertama - Sekolah Menengan Atas - S1 - Master, sudah niscaya bobot lebih besar ada di gelar master. Begitu juga untuk status rumah seperti: kost - kontrakan - rumah orang bau tanah - rumah pribadi, maka rumah pribadi nilainya paling tinggi. Dengan perkiraan menyerupai ini, analis sudah dapat menebak latar belakang Anda apakah termasuk orang kere, setengah kere atau borjuis. Masa bergelar master dan punya rumah pribadi tetapi tidak dapat membayar tagihan kartu kredit? Kurang lebih menyerupai itu rancangan yang sudah ditebar oleh bankir dengan kolom-kolom yang ada. Begitu juga dengan status perkawinan: single - menikah - janda/duda; status pekerjaan; jabatan di perusahaan, dsb.. mempunyai ratingnya tersendiri. 

Jika rating Anda manis di mana bergelar master, punya rumah pribadi, single, jabatan direktur, kantor berlokasi di gedung elit, honor di atas rata-rata, secara otomatis kartu kredit Anda akan disetujui tanpa bertele-tele. Karena ratingnya manis sekali. Namun sebaliknya kalau cuma tamatan SD, tinggalnya ngekost, jabatan salesman, usang kerja cuma 2 tahun, percayalah kartu kredit Anda 99,9% akan ditolak. Bukan semata-mata lantaran profesi sebagai sales melainkan ratingnya anjlok secara keseluruhan. Makanya kini Anda paham mengapa ada sales yang punya kartu kredit, namun ada juga sales yang tidak dapat mendapat kartu kredit.

Mengakali Rating Kartu Kredit

Pasti akan ada yang berpikir, "Bagaimana kalau kita mengakali data kartu kredit biar ratingnya bagus?" Jawab kami ya bisa-bisa saja! Cuma analis bukan orang bodoh. Mereka akan mencocokkan data-data yang kita isi. Contoh misalnya: Anda isi tamatan Sekolah Menengan Atas tetapi jabatan direktur. Nah, analis akan berpikir ulang ribuan kali atas data-data menyerupai itu. Mungkinkah tamatan Sekolah Menengan Atas jadi direktur? Atau teladan lain: tamatan Sekolah Menengan Atas tetapi honor di atas Rp 20 juta per bulan. Apakah analis akan percaya begitu saja? Lalu apakah orang rumah akan menjawab sempurna menyerupai isian Anda menyerupai tamatan S1, dsb? Malah dapat saja salah jawab atau berbeda sehingga pribadi dicoret aplikasi Anda. Ketahuan Anda bohong dan manipulasi data.

Contoh lainnya: jabatan eksekutif bergaji Rp 100 juta per bulan tetapi rumahnya di Pademangan (Jakarta) atau Petemon (Surabaya), nah kira-kira apakah benar? Analis niscaya akan mengirimkan tenaga SWAT mereka yakni surveyor. Mengapa? Karena tempat Pademangan dan Petemon itu kompleks biasa bahkan cenderung kumuh. Maaf loh bagi yang tinggal di Pademangan atau Petemon. Dulu pacar kami juga tinggalnya di Petemon..hehe. Ini cuma ilustrasi doang. Kami tahu ada juga yang kaya raya. Namun bayangkan kalau alamat rumah Anda itu ada di Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, Pantai Mutiara atau Graha Family, 1.000% permohonan kartu kredit Anda akan disetujui lantaran datanya klop sekali. Bahkan kalau analisnya cewek dan wajah Anda di fotokopi KTP cukup ganteng, bukan mustahil si doi akan jatuh cinta dan berhayal jadi pacar Anda atau isteri simpanan ke-5. Wong terang ini jabatannya direktur.

Kaprikornus kesimpulannya: apakah Anda yakin dapat mengakali rating kartu kredit atau dengan kata lain mengakali analis? Bukan perkara gampang dan sederhana. Perlu ilmu super tinggi. Hanya credit card mafia yang dapat menjebol pertahanan para analis dan bankir yang super terpelajar tersebut. Beberapa ilmunya sudah kami bagikan lewat ebook Rahasia Mafia Kartu Kredit. Tinggal Anda pelajari dan baca sendiri.

Rating Bernilai Paling Tinggi?

Kita niscaya bertanya-tanya juga: kemudian apakah ada kolom bernilai paling tinggi dari semua kolom tersebut? Jawab kami: ada, yakni: kolom data kartu kredit sebelumnya yang sudah Anda miliki. Ini yaitu kolom yang mempunyai rating paling tinggi. Mengapa paling tinggi? Tak lain lantaran analis sudah yakin Anda tidak bakalan kabur, status Anda jelas, penghasilan Anda cukup, dsb.. "Makanya bank lain dapat menawarkan Anda kartu kredit, begitu juga dengan kami," kurang lebih menyerupai itulah yang ada di otak analis.

Analis tentu lebih suka Anda melampirkan fotokopi kartu kredit dan billing tagihan terbaru. Karena kedua dokumen tersebut nilai ratingnya paling tinggi. Dengan menyertakan dokumen menyerupai itu, analis tidak perlu lagi menebak-nebak dengan bersusah payah apalagi mengirimkan tenaga surveyor ke kantor atau ke rumah. Apalagi kalau kartu kredit Anda dari bank asing, tentu bank lokal akan tunduk. Mengapa? Karena analis bank lokal akan berprinsip, "Bank absurd saja percaya dia, masa saya tidak dapat percaya dia? Taruhlah kalau nasabah ini bohong, maka udik juga tuh analis bank asing...kekekeke."

Kaprikornus pastikan data yang Anda isi yaitu data yang paling manis dan semua dokumen serta tanggapan Anda sesuai dengan apa yang Anda isi. Bagaimana berdasarkan Anda?

Sponsored links Rating Data Aplikasi Kartu Kredit:
   
Sumber http://www.mafiakartukredit.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel