Kejahatan Mail Order & Telephone Fraud

Berhati-hatilah lantaran modus penipuan. Bisa lewat kiriman surat atau kontak telepon. Pastikan yang menghubungi atau berbicara dengan Anda benar dari bank. Bukan mengaku-ngaku orang bank.
Modus kejahatan kartu kredit berikutnya yaitu apa yang disebut dengan "mail order fraud" atau "telephone fraud". Kawanan penjahat ini tidak butuh kartu kredit kita secara fisik ibarat agresi pick pocketing. Kira-kira ibarat apa ilustrasi kejahatan kartu kredit yang satu ini? Apakah kita bisa menjadi salah satu korbannya? Berikut di bawah ini yaitu ulasan singkatnya.
Mail Order Fraud

Mail order bahwasanya yaitu sebuah seni administrasi penjualan. Strategi ini marak di negara-negara maju terutama sebelum kurun internet dengan toko online-nya muncul. Perusahaan mengirimkan semacam majalah atau brosur perihal anjuran produk ke banyak sekali wilayah untuk dipasarkan. Jika pembeli atau konsumen berminat maka mereka tinggal mengangkat telepon dan menghubungi si penjual (perusahaan). Setelah melaksanakan pembayaran maka perusahaan akan mengirim produk pesanan ke alamat konsumen tersebut.

Pada awal kemunculan kartu kredit, perusahaan-perusahaan yang berjualan dengan sistem mail order ini mendapatkan pembayaran pesanan dengan kartu kredit. Si pembeli cukup menyebutkan nomor kartu kredit mereka serta nama yang ada. Setelah itu kartu kredit akan diproses. Apakah ini berhasil? Tentu saja berhasil! Namun perlu Anda ingat bahwa ini terjadi zaman dulu di kurun awal tahun 90-an dikala internet belum populer ibarat hari ini. Saat itu kami masih ingat bahwa kartu kredit saja tidak perlu diaktifkan. Begitu dikirim maka kartu kredit sudah bisa dipergunakan.

Kasus kejahatan mail order fraud ini banyak terjadi di negara-negara maju. Para pelaku memesan barang tetapi mengatasnamakan pemilik kartu kredit orang lain. Otomatis barang mereka terima namun yang membayarnya justru orang lain. Yang dibutuhkan kawanan pelaku ini hanyalah nomor kartu kredit dan nama yang tertera di kartu. Makanya tak heran kurun tahun 80-an hingga awal tahun 90-an nomor-nomor kartu kredit diperjualbelikan sedemikian marak lewat internet (chatting). Karena memang waktu dulu sistem pengamanan penggunaan kartu kredit masih sangatlah minim. Tetapi kalau kini hanya menjual nomor kartu kredit tidak akan ada yang mau. Bank sudah melaksanakan pengamanan berlapis.

Di Indonesia ada beberapa bisnis dijalankan dengan seni administrasi mail order, namun tampaknya masih sulit berkembang lantaran orang cenderung tidak ingin membeli kucing dalam karung. Di foto tampak anggun barangnya namun begitu diterima berbeda bentuknya. Makanya banyak perusahaan lebih memakai mail order hanya sebagai media promosi saja. Boleh dikatakan perkara mail order fraud ini jarang terjadi di Indonesia. Yang ada mungkin yaitu online fraud yang sering identik dengan agresi carding atau carder. Nanti akan kita bahas.

Telephone Fraud

Telephone fraud berbeda dengan mail order fraud. Kalau telephone fraud benar-benar masih terjadi di Indonesia dan biasanya mengincar pemegang kartu kredit baru. Karena belum begitu paham perihal seluk beluk produk kartu kredit, bahaya kejahatan kartu kredit dan gres pertama kali memakai kartu kredit, mereka masuk jebakan ekspresi buaya. Biasanya orang yang gres pertama kali mendapatkan kartu kredit sangat bangga ibarat gres saja menjebol perawan gadis desa. Suasana hati dan kondisi psikologis ibarat inilah yang dimanfaatkan kawanan maling ini.

Perlu Anda ketahui bahwa dalam dunia bisnis terutama yang berkaitan dengan transaksi pembayaran elektronik magnetik atau digital, sebuah transaksi dianggap sah kadang tidak perlu hingga harus melaksanakan agresi pembayaran secara fisik (face to face). Pesanan lewat bunyi atau sebuah aba-aba kecil bisa dianggap yaitu perintah untuk melaksanakan transaksi pembayaran yang sah. Contoh sederhana contohnya Anda memerintahkan bank untuk mendebet rekening Anda, transfer tunai, transfer antar kartu, dsb. Kalau bank tidak mau melaksanakan aba-aba Anda, mungkin Anda akan berkata, "Zaman sudah maju kok bank masih kuno. Masa nasabah yang harus tiap hari ke bank?" Bukankah demikian? Makanya ada yang disebut dengan phone banking. Semua intruksi transaksi perbankan cukup angka telepon dan perintah Anda akan direkam oleh bank sehingga tidak bisa absen lagi.

Para pelaku telephone fraud ini biasanya menghubungi Anda lewat telepon kantor atau rumah. Hampir jarang mereka mau menelepon ke ponsel Anda lantaran selain mahal, mereka bisa tekor jikalau aksinya tidak berhasil. Ya mirip-mirip penipuan sms undian berhadiah gitu. Mereka yang mengharapkan Anda menghubungi mereka. Yang niscaya kawanan pelaku ini enggan nomor telepon mereka diketahui calon korban. Sampai di sini mestinya Anda sudah bisa tambah pandai di mana setiap kali ada orang yang mengatasnamakan bank atau perusahaan ini dan itu, menawari produk ini dan itu, suruh mereka menghubungi kita lewat ponsel. Jika mereka tidak mau maka patut dicurigai. Tak ada alasan logis jikalau dikatakan menghubungi lewat ponsel mahal lantaran itu sudah bab dari operasional perusahaan. Perusahaan yang membayar bukan dari duit mereka sendiri.

Pelaku telephone fraud yang beraksi di Indonesia kami simpulkan rata-rata memakai tameng produk semacam membership (keanggotaan). Kaprikornus Anda akan ditawari produk ibarat tiket pesawat, voucher menginap, keanggotaaan resort, diskon weekend, honeymoon, dsb...dsb.. yang sebisa-bisanya mereka karang sendiri. Padahal semua itu bohong dan omong kosong belaka. Tetapi lantaran sasaran korban yaitu pemegang kartu kredit yang gres pertama kali memakai kartu kredit, seperti terbius. Padahal anjuran yang resmi hanya bisa ditawarkan oleh penerbit kartu kredit atau perusahaan afiliasinya. Kalaupun lewat perusahaan afiliasi, biasanya bank penerbit akan menginformasikannya terlebih dulu minimal lewat website atau newsletter yang dikirimkan tiap bulan bersama tagihan kartu kredit ke alamat penagihan. 

Mengapa produk membership yang ditawarkan? Karena memang tidak ada harganya yang pasti. Lain halnya jikalau produknya unit televisi atau kamera. Bisa kita bandingkan segera mungkin atau menolaknya mentah-mentah lantaran sudah ada barang tersebut di rumah. Lagian mereka menentukan produk jasa lantaran memang tidak perlu mengirimkan produk. 

Kawanan pelaku ini tidak beraksi sendirian melainkan berkelompok. Masing-masing ada tugas bagiannya tersendiri. Pertama, si pelaku akan menghubungi korban mengatasnamakan bank. Lalu dari mana korban bisa tahu ini dari bank atau tidak? Seperti yang kami katakan suruh hubungi ke ponsel. Tetapi lantaran sasaran korbannya yaitu nasabah baru, otomatis beliau berpikir benar yaitu dari bank. Apalagi jikalau bunyi di seberang telepon begitu lembut dan ramah.

Pelaku akan mengajak korban berbicara ngalor-ngidul seraya menyanjung-nyanjungnya seperti, 

"Selamat ya Pak! Kami dari (menyebut nama bank) mempercayai Bapak memakai kartu kredit (menyebut jenis kartu) dengan limit yang besar. Bla...bla...bla..." 

Kalau Anda tipe orang yang suka disanjung maka mampuslah Anda! 

Karena korban tidak tahu ini yaitu kawanan pelaku kejahatan, otomatis korban menjawab semua pertanyaan mereka dengan baik seraya menyebutkan kalimat "ya", "oke", "benar" yang tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh korban. Tentu saja nomor kartu kredit, nama ibu kandung, nomor ponsel, alamat penagihan, alamat kantor juga disebutkan. Semua pembicaraan dan aba-aba tersebut diklaim oleh kawanan pelaku ini untuk mendebet saldo kartu kredit korban. Sehingga bank pun menagih korban. Anda niscaya tahu bahwa aba-aba lewat telepon menjadi salah satu perintah sah dalam transaksi bisnis. Duit pun melayang.

Dalam beberapa aksinya, kawanan pelaku ini kadang memang mengirimkan semacam voucher hotel dan sebagainya tetapi itu tidak seberapa nilainya alias produk abal-abal. Pokoknya sebagai nasabah kartu kredit Anda sudah ditipu mentah-mentah. Apakah bisa komplain ke bank? Komplain ya bisa-bisa saja tetapi proses pendebetan kartu kredit tidak bisa ditunda lantaran Anda sepakat dan mendapatkan produk mereka. Anda mau cari kantor gerombolan penipu ini rata-rata tidak ada bahkan kantornya saja sewa bulanan bermodalkan mesin EDC, dsb. Komunikasi Anda menjadi bukti bahwa Anda sepakat dengan apa yang mereka tawarkan. Kalimat "ya", "benar", "oke", "tidak apa-apa" yang ceplos tanpa sengaja dari ekspresi Anda itu kadang yaitu kalimat-kalimat yang dituntun untuk menjawab atau memastikan aba-aba transaksi. Dalam agresi yang lebih cerdik, kawanan pelaku ini bisa bermain lebih lihai. 

Sponsored links Mail Order Fraud and Telephone Fraud:
 

Sumber http://www.mafiakartukredit.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel